Rabu, 24 Juli 2013

Payah.

Aku adalah semacam dinding yang pernah berdiri kokoh.
Lebih kokoh, dan semakin kokoh.
Kini aku mulai gentar ketika semua pelangi pelan-pelan berubah menjadi petir.
Lalu petir itu menusuk ubun-ubun hingga sampai mata kaki.
Sakit.
Bahkan, aku pun sudah enggan menangis.
Nangis? untuk apa?
Bahkan kamu juga tak secuil pun perduli.
Iya, iya aku paham kamu mulai geram.
Geram atas rasa cemburuku yang semakin hari semakin memburu.
Yang semakin hari semakin menderu.
Yang semakin hari semakin tak tahu diri.
Pahamilah, semua itu karna dinding yang pernah kokoh ini, takut rubuh karna rasa cemburu.
Kemana aku bisa bersandar lagi, kemana? Bahkan kamu tidak ada ketika aku melemah.
Aku cuma butuh dadamu, itu saja dan aku tak akan meminta lebih.
Pahami, aku mulai lemah dan payah. Mulai gelisah dan putus asa.
Pahami itu, sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar